Syahdan Prabu Dewalengkara dari negara Tabelaretna bermimpi negara tabelaretna akan kembali mulia, jikadapat diberi sesaji darahnya prabu Yudistira, raja negra Amarta. Kepada patih Endrajala, dan Lambangkara, diperintahkan untuk melaksanakan tugas tersebut, dan berangkatlah mereka menuju Amarta. Di negara Amarta Prabu Yudistira sedang membicarakan perihal kepergian Raden Arjuna yang tidak tentu dimana sekarang berada. Prabu Kresna yang hadir juga dalam pertemuan itu berkata, Adinda Prabu Yudistira, aku sanggupi untuk menemukan Dinda Raden arjuna, tetapi jangan malam hari ini. Selanjutnya Kresna berpesan kepada raden Wekudara, serta Gatotkaca, hendaknya berjaga-jaga pada malam hari itu.
Menjelang larut malam, masuklah utusan prabu Dewalengkara, Patih Endrajala ke Istana Amarta, menuju ke peraduan Prabu Yudistira. Patih Lambangkara menjaga di luar pintu peraduan Prabu Yudistira. Seluruh istana Amarta, terkena aji sirep, kesemuanya jatuh pulas tertidur. Suatu ketika patih Endrajala merayap mendekat tempat peraduan Prabu Yudistira, pingsanlah ia. Prabu Yudistira terjaga dari tidurnya, dan ditanyailah patih Endrajala perihal maksud kedatangannya, berkatalah Yudistira, "Baiklah, jika ratumu menghendaki diriku untuk dijadikan sesaji di Tabelaretna, aku bersedia berangkat dengan kamu, dan Patih Endrajala segera membawa Prabu Yudistira ke Tabelaretna.
Prabu Kresna segera memerintahkan kepada Raden Gatotkaca untuk mengejar Patih Endrajala. Diluar bertemu dengan Lambangkara, terjadilah peperangan, larilah Lambangkara, menghindari peperangan. Di Negara Tabelaretna, Prabu Dewalengkara menerima prabu Yudistira, segala maksudnya telah diutarakan. Namun demikian maksud semula dibatalkan karena tatkala Prabu Dewalengkara berusaha akan duduk sama tingginya dengan Prabu Darmakusuma, pingsanlah ia. Oleh Yudistira disembuhkan, akhirnya prabu Dewalengkara mengakui Yudistira sebagai gurunya.
Raden Arjuna, atas petunjuk Begawan Abiyasa, akhirnya dapat menemukan Prabu Puntadewa dan dibawalah Prabu Yudistia dari istana Tabelaretna. Raden Angkawijaya turut serta bersama raden Arjuna. Prabu Dewalengkara menerima laporan di istana terjadi percurian, segera diperintahkan semua prajurit menuju ke negara Amarta.
Di pertengahan jalan, raden Arjuna bertemu dengan Sri Kresna, Werkudara, Nakula, dan Sadewa. Berangkatlah mereka untuk kembali ke Amarta.
Musuh telah menanti di negara Amarta, demikian laporan Patih Tambak Ganggeng, para Pandawa menyongsongnya, keluar untuk bertempur.
Prabu Dewalengkara terbunuh oleh Raden Arjuna, Patih Endrajala dapat dimusnahkan oleh Raden arya Gatotkaca, patih Lambangkara berhadapan dengan Werkudara tak kuasa untuk melawan raden Werkudara, akhirnya meminta ampun. Prabu Kresna berkata Hai Lambangkara, baliklah ke negara Tabelarena, kutugaskan engkau menjaga ketentraman negara tersebut. Berangkatlah Lambangkara kembali ke Tabelaretna seluruh istana Amarta merayakan kemenangan.
Menjelang larut malam, masuklah utusan prabu Dewalengkara, Patih Endrajala ke Istana Amarta, menuju ke peraduan Prabu Yudistira. Patih Lambangkara menjaga di luar pintu peraduan Prabu Yudistira. Seluruh istana Amarta, terkena aji sirep, kesemuanya jatuh pulas tertidur. Suatu ketika patih Endrajala merayap mendekat tempat peraduan Prabu Yudistira, pingsanlah ia. Prabu Yudistira terjaga dari tidurnya, dan ditanyailah patih Endrajala perihal maksud kedatangannya, berkatalah Yudistira, "Baiklah, jika ratumu menghendaki diriku untuk dijadikan sesaji di Tabelaretna, aku bersedia berangkat dengan kamu, dan Patih Endrajala segera membawa Prabu Yudistira ke Tabelaretna.
Prabu Kresna segera memerintahkan kepada Raden Gatotkaca untuk mengejar Patih Endrajala. Diluar bertemu dengan Lambangkara, terjadilah peperangan, larilah Lambangkara, menghindari peperangan. Di Negara Tabelaretna, Prabu Dewalengkara menerima prabu Yudistira, segala maksudnya telah diutarakan. Namun demikian maksud semula dibatalkan karena tatkala Prabu Dewalengkara berusaha akan duduk sama tingginya dengan Prabu Darmakusuma, pingsanlah ia. Oleh Yudistira disembuhkan, akhirnya prabu Dewalengkara mengakui Yudistira sebagai gurunya.
Raden Arjuna, atas petunjuk Begawan Abiyasa, akhirnya dapat menemukan Prabu Puntadewa dan dibawalah Prabu Yudistia dari istana Tabelaretna. Raden Angkawijaya turut serta bersama raden Arjuna. Prabu Dewalengkara menerima laporan di istana terjadi percurian, segera diperintahkan semua prajurit menuju ke negara Amarta.
Di pertengahan jalan, raden Arjuna bertemu dengan Sri Kresna, Werkudara, Nakula, dan Sadewa. Berangkatlah mereka untuk kembali ke Amarta.
Musuh telah menanti di negara Amarta, demikian laporan Patih Tambak Ganggeng, para Pandawa menyongsongnya, keluar untuk bertempur.
Prabu Dewalengkara terbunuh oleh Raden Arjuna, Patih Endrajala dapat dimusnahkan oleh Raden arya Gatotkaca, patih Lambangkara berhadapan dengan Werkudara tak kuasa untuk melawan raden Werkudara, akhirnya meminta ampun. Prabu Kresna berkata Hai Lambangkara, baliklah ke negara Tabelarena, kutugaskan engkau menjaga ketentraman negara tersebut. Berangkatlah Lambangkara kembali ke Tabelaretna seluruh istana Amarta merayakan kemenangan.