Jumat, 09 Desember 2016
Beberapa waktu terakhir, perburuan terhadap trenggiling semakin meningkat. Padahal binatang pemalu ini termasuk binatang yang dilindungi undang-undang, tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara lain. Hal ini alasannya yaitu binatang ini semakin menyudut jumlahnya baik oleh perburuan maupun kerusakan ekosistem. Salah satu alasan kenapa binatang unik ini diburu yaitu sisiknya dipercaya sanggup dijadikan obat. Namun cara mengolah sisik trenggiling menjadi obat tentunya harus dilakukan dengan membunuh binatang tersebut.
Hal inilah yang menjadi keresahan para penggagas lingkungan maupun pecinta hak-hak hewan. Khasiat sisik trenggiling mungkin memang benar, namun pun belum terbukti secara ilmiah. Sisik trenggiling disebut-sebut mempunyai khasiat anti ejakulasi dini, anti inflamasi dan menyembuhkan luka dengan lebih cepat. Namun apakah hal itu harus dilakukan dengan membunuh binatang yang jumlahnya semakin terbatas di bumi tersebut? Apalagi orang juga mengkonsumsi daging trenggiling bahkan janin trenggiling sebagai obat maupun gaya hidup.
Apabila cara mengolah sisik trenggiling menjadi obat dengan cara membunuh binatang tersebut kemudian menjemur sisiknya terus dilakukan maka tidak butuh waktu usang trenggiling akan punah. Manusia seharusnya mencari alternatif lain yang tidak kejam dan menyakiti binatang demi menjaga kesehatannya sendiri. Apalagi undangan terhadap sisik trenggiling maupun daging trenggiling yang tinggi menciptakan perburuan terhadap binatang ini semakin meluas. Tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri tapi juga diekspor secara ilegal.
Ketimbang mempelajari cara menciptakan obat dari sisik trenggiling insan seharusnya menciptakan riset-riset kesehatan lainnya dari banyak sekali flora atau pepohonan. Dengan demikian, insan sanggup merawat ekosistem biar tanaman-tanaman yang bermanfaat untuk kesehatan semakin dibudidayakan. Ketimbang membunuh binatang yang tak bersalah dengan kejam. Selain itu, pemerintah juga harus lebih tegas dan bekerja sama dengan banyak sekali pihak untuk menghentikan perburuan trenggiling dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hal ini.
Sama halnya banyak sekali jenis binatang langka ibarat gajah dan rino diburu untuk diambil gading dan culanya, begitu pun trenggiling. Binatang ini tak sanggup hidup tanpa sisiknya. Sisik trenggiling secara alamiah diciptakan Tuhan sebagai alat untuk melindungi diri dari binatang predator yang memangsa trenggiling. Untuk menghadapi ancaman, trenggiling menggulung diri di balik sisiknya yang sangat kuat, sehingga binatang ringkih ini tak sanggup disakiti dengan mudah.
Namun bagaimana trenggiling sanggup menghadapi perburuan yang dilakukan manusia? Apalagi insan semakin serakah dan mencari cara mengolah sisik trenggiling menjadi obat kuat, obat kejantanan dan sebagainya. Padahal masih banyak alternatif herbal lainnya yang lebih mudah, lebih aman, lebih mudah dan murah ketimbang menentukan menyakiti dan membunuh binatang langka yang tidak bersalah tersebut. Dengan kolaborasi banyak sekali pihak, semoga undangan dan perburuan terhadap trenggiling untuk diambil sisik maupun dagingnya sanggup menurun bahkan tidak ada lagi.